Sabtu, 22 Oktober 2011

Menentukan Kalimat Utama atau Ide Pokok Paragraf



 1. Contoh paragraf yang kalimat utamanya di awal (deduktif )
Ada banyak cara yang orang lakukan untuk mengisi hari pertamanya di tahun baru. Ada yang menyambut fajar pertama di puncak gunung. Ada yang biasanya bersenang-senang dengan konvoi kendaraan bermotor, atau merayakannya dengan pesta kembang api, atau mungkin merayakannya dengan pasangan masing-masing.
2. Contoh paragraf yang kalimat utamanya di akhir (induktif)
Ada orang yang menyambut fajar pertama di puncak gunung. Ada yang memilih bersenang-senang dengan konvoi kendaraan bermotor. Akan tetapi, ada juga yang memilih menyambut tahun baru dengan pesta kembang api, atau mungkin merayakannya dengan pasangan masing-masing. Ya, itulah berbagai cara yang dilakukan orang untuk mengisi hari pertamanya di tahun baru.
3. Contoh paragraf yang kalimat utamanya di awal dan di akhir (campuran)
Ada banyak cara yang orang lakukan untuk mengisi hari pertamanya di tahun baru. Ada yang menyambut fajar pertama di puncak gunung, bersenang-senang dengan konvoi kendaraan bermotor, atau merayakannya dengan pesta kembang api, atau mungkin merayakannya dengan pasangan masing-masing. Ya, itulah berbagai cara yang dilakukan orang untuk menyambut tahun baru.

4. Contoh paragraf yang kalimat utamanya di seluruh isi paragraf (paragraf narasi dan deskripsi)
Salah satu kerinduan ibu saya adalah melihat kami, anak-anaknya, dapat menyelesaikan pendidikan dan mendapat pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikan kami masing-masing. Di atas semua kerinduan itu, ia menanamkan kepada kami sikap yang takut akan Tuhan dan hati yang mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Ibu selalu mengajarkan. "Kalau bukan Tuhan yang menyertai dan memberkati usaha yang kita lakukan, maka semua usaha dan kekuatan yang kita kerahkan akan sia-sia. Karena itu, berdoalah untuk setiap hal yang sudah kita rencanakan dan mintalah tuntunan serta campur tangan-Nya. (paragraf narasi)
            Di dinding sebelah kanan tergantung sebuah rak buku yang seluruhnya juga dilapisi dengan kertas yang sama dengan alas meja. Rak itu penuh buku, teratur rapi, dan di atas rak ada beberapa map. Di bawah rak terpampang sebuah lukisan wayang yang besar di atas dasar kain warna merah, dilukis dengan tinta warna emas. Di bawahnya terdapat sebuah dipan, sama panjangnya dengan lukisan itu. Dipan tersebut ditutup bed cover merah dengan motif primitif tenunan Bali. (paragraf deskripsi)

Contoh soal:
1) Indonesia kini memiliki atlas resmi nasional. 2) Namanya, Atlas Nasional Indonesia. 3) Atlas nasional merupakan kumpulan peta tematik, deskripsi gambar, foto, dan citra satelit yang disusun secara sistematik. 4) Atlas ini menggantikan atlas Hindia Belanda yang digunakan selama ini.
1. Ide pokok paragraf tersebut adalah ….
  1. Indonesia memiliki atlas resmi nasional.
  2. Indonesia sudah tidak menggunakan atlas buatan Belanda.
  3. Atlas buatan Belanda sudah tidak diperlukan lagi.
  4. Atlas nasional dibuat secara sistematis.
  5. Atlas resmi Indonesia hanya Atlas Nasional Indonesia.

(1) Musik terbukti mempunyai persamaan seperti bahasa yakni suatu artikulasi rangkaian bunyi yang kemudian bermakna lebih dari bunyi. (2) Dia mengungkapkan sesuatu, bisa politis bisa manusiawi. (3) Di tengah padang rumput Glastonbury suatu kawasan pertanian di daerah Somerset, Inggris, seruan untuk menaruh perhatian terhadap persoalan pemanasan global, masalah rasial, dan ketidakadilan terdengar bersama eksplosi hybrid punk-disco-rock. (4) Begitu juga bahasa dapat mempengaruhi manusia untuk melakukan sesuatu. (5) Jadi, musik dan bahasa memiliki persamaan.

2. Ide pokok paragraf tersebut adalah ….
 A. musik mengungkapkan ideologi          C. persamaan musik dan bahasa                        E. wujud artikulasi musik
 B. sifat musik manusiawi                            D. musik menyerukan kebenaran

(1) Ekonomi di Indonesia memang belum pulih seratus persen. (2) Ditambah lagi dengan keadaan rakyat yang menderita. (3) Akan tetapi, jika melihat sinyal-sinyalnya, ada beberapa indikator perekonomian yang membaik secara kasat mata. (4) Misalnya suku bunga mulai menurun, rupiah mulai menguat, dan inflasi terkendali. (5) Oleh karena itu, harapan bersinarnya kembali ekonomi Indonesia rasanya tidak jauh dari pelupuk mata.

3. Kalimat utama paragraf tersebut terdapat pada nomor . . . . (Ujian Nasional 2007/2008)
    A. (1)  B. (2)                       C. (3)                       D. (4)                      E. (5)

Senin, 18 April 2011

Dongeng KERA DAN AYAM

        Pada zaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama karena kelakuan si Kera. Pada suatu petang Si Kera mengajak si Ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri.
          Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejatinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting. Di sana ia disambut dengan gembira. Lalu Si  Ayam menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk pengkhianatan si Kera.
         Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia berkata, “Marilah kita beri pelajaran kera yang tidak tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
         Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai di tengah laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
         Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.
Sumber: www.ceritaanak.net

Dongeng Gorila dan Anaknya

      Di tengah hutan Amazon hiduplah raja gorila. Badannya besar, bulunya lebat, dan wajahnya sungguh menyeramkan. Raja gorila mempunyai tiga anak laki-laki. Nama-nama anaknya adalah Botak, Ulum, dan Kriwil.
      Meskipun terlihat menyeramkan, hati raja gorila sungguh baik. Dia sangat mencintai anak-anaknya. Setiap pulang dari mencari makan, raja gorila selalu membelai anak-anaknya. Dia juga tidak pernah melalaikan tugas-tugasnya sebagai seorang induk.
      Suatu hari raja gorila pergi mencari buah untuk makan malam anak-anaknya. Senja hari dia baru pulang. Dia membawa buah jeruk yang sudah matang. Dia ingin anak-anaknya menjadi anak yang sehat.
      Senja itu induk gorila sampai di rumah. Namun, belum sampai buah jeruk itu ditaruh, Botak dan Kriwil saling berebut buah jeruk itu. Jeruk-jeruk itu menggelinding di tanah. Melihat kejadian itu, raja gorila tidak marah, dia justru tersenyum. Dia senang melihat anak-anaknya lincah. Akan tetapi, ada yang membuat hati raja gorila heran. Dia melihat Ulum, anaknya yang nomor dua, hanya diam saja. Lalu raja gorila bertanya, "Mengapa kau tidak ikut berebut, Ulum?" dan Ulum pun menjawab, "Saya tidak suka berebut, saya menunggu sisanya saja." Raja gorila hanya termenung. Dia hanya berpikir, sungguh bijaksana anak itu. Lalu raja gorila memanggil Botak dan Kriwil. Raja gorila berkata, "Hai anakku Botak dan Kriwil, lihatlah saudaramu si Ulum ini, dia sungguh bijaksana, tirulah dia." Botak dan Kriwil hanya terdiam dan malu.

Dongeng LEBAI MALANG

       Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup di tepi sungai di sebuah desa di Sumatera Barat. Pada suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya dari desa-desa tetangga. Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan.
      Pak Lebai menimbang-nimbang untung dan rugi dari masing-masing undangan. Tetapi ia tidak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia berpikir, kalau ia ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai.
      Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya tambahan kue-kue. Hingga ia mulai mendayung perahunya ke tempat pesta pun ia belum dapat memutuskan pesta mana yang akan dipilih.
      Pertama, didayung sampannya menuju hulu sungai. Baru tiba di tengah perjalanan ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai, dlihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. Ia pun mengubah haluan perahunya menuju hulu sungai. Sesampainya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai.
      Pak Lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah berakhir. Pak Lebai tidak mendapat kepala kerbau yang diinginkannya.
      Saat itu ia sangat lapar, ia memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Untuk itu, ia membawa bekal nasi. Untuk berburu ia mengajak anjingnya.
       Setelah memancing agak lama, kailnya dimakan ikan. Namun kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebai pun terjun untuk mengambil ikan tersebut. Sayangnya ikan itu dapat meloloskan diri. Dan anjingnya memakan nasi bekal pak Lebai. Oleh karena kemalangan nasibnya, pak Lebai diberi julukan Lebai Malang.
Sumber: ceritaanak.net

Dongeng KEONG MAS

       Di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
       Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
       Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Kerena dia merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.
       Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas tersangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekor pun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang mengirim masakan ini.
       Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada di tempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek. "Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku", kata keong emas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.
       Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu Candra Kirana menghilang. Ia pun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihir pun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya, padahal Raden Inu diberikan arah yang salah. Di perjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik. Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
        Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu di mana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi ke desa Dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia ke desa Dadapan. Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
        Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.

Dongeng SANGKURIANG

       Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.
        Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
        Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
        Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
        Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah dalam waktu dekat.
        Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah terkejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
        Dayang Sumbi bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
        Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesaikan sebelum fajar menyingsing.
        Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaikan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
        Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
        Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.