Senin, 18 April 2011

Dongeng KERA DAN AYAM

        Pada zaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama karena kelakuan si Kera. Pada suatu petang Si Kera mengajak si Ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri.
          Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejatinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting. Di sana ia disambut dengan gembira. Lalu Si  Ayam menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk pengkhianatan si Kera.
         Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia berkata, “Marilah kita beri pelajaran kera yang tidak tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
         Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai di tengah laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
         Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.
Sumber: www.ceritaanak.net

Dongeng Gorila dan Anaknya

      Di tengah hutan Amazon hiduplah raja gorila. Badannya besar, bulunya lebat, dan wajahnya sungguh menyeramkan. Raja gorila mempunyai tiga anak laki-laki. Nama-nama anaknya adalah Botak, Ulum, dan Kriwil.
      Meskipun terlihat menyeramkan, hati raja gorila sungguh baik. Dia sangat mencintai anak-anaknya. Setiap pulang dari mencari makan, raja gorila selalu membelai anak-anaknya. Dia juga tidak pernah melalaikan tugas-tugasnya sebagai seorang induk.
      Suatu hari raja gorila pergi mencari buah untuk makan malam anak-anaknya. Senja hari dia baru pulang. Dia membawa buah jeruk yang sudah matang. Dia ingin anak-anaknya menjadi anak yang sehat.
      Senja itu induk gorila sampai di rumah. Namun, belum sampai buah jeruk itu ditaruh, Botak dan Kriwil saling berebut buah jeruk itu. Jeruk-jeruk itu menggelinding di tanah. Melihat kejadian itu, raja gorila tidak marah, dia justru tersenyum. Dia senang melihat anak-anaknya lincah. Akan tetapi, ada yang membuat hati raja gorila heran. Dia melihat Ulum, anaknya yang nomor dua, hanya diam saja. Lalu raja gorila bertanya, "Mengapa kau tidak ikut berebut, Ulum?" dan Ulum pun menjawab, "Saya tidak suka berebut, saya menunggu sisanya saja." Raja gorila hanya termenung. Dia hanya berpikir, sungguh bijaksana anak itu. Lalu raja gorila memanggil Botak dan Kriwil. Raja gorila berkata, "Hai anakku Botak dan Kriwil, lihatlah saudaramu si Ulum ini, dia sungguh bijaksana, tirulah dia." Botak dan Kriwil hanya terdiam dan malu.

Dongeng LEBAI MALANG

       Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup di tepi sungai di sebuah desa di Sumatera Barat. Pada suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya dari desa-desa tetangga. Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan.
      Pak Lebai menimbang-nimbang untung dan rugi dari masing-masing undangan. Tetapi ia tidak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia berpikir, kalau ia ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai.
      Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya tambahan kue-kue. Hingga ia mulai mendayung perahunya ke tempat pesta pun ia belum dapat memutuskan pesta mana yang akan dipilih.
      Pertama, didayung sampannya menuju hulu sungai. Baru tiba di tengah perjalanan ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai, dlihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. Ia pun mengubah haluan perahunya menuju hulu sungai. Sesampainya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai.
      Pak Lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah berakhir. Pak Lebai tidak mendapat kepala kerbau yang diinginkannya.
      Saat itu ia sangat lapar, ia memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Untuk itu, ia membawa bekal nasi. Untuk berburu ia mengajak anjingnya.
       Setelah memancing agak lama, kailnya dimakan ikan. Namun kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebai pun terjun untuk mengambil ikan tersebut. Sayangnya ikan itu dapat meloloskan diri. Dan anjingnya memakan nasi bekal pak Lebai. Oleh karena kemalangan nasibnya, pak Lebai diberi julukan Lebai Malang.
Sumber: ceritaanak.net

Dongeng KEONG MAS

       Di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
       Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
       Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Kerena dia merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.
       Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas tersangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekor pun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang mengirim masakan ini.
       Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada di tempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek. "Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku", kata keong emas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.
       Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu Candra Kirana menghilang. Ia pun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihir pun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya, padahal Raden Inu diberikan arah yang salah. Di perjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik. Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
        Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu di mana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi ke desa Dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia ke desa Dadapan. Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
        Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.

Dongeng SANGKURIANG

       Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.
        Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
        Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
        Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
        Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah dalam waktu dekat.
        Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah terkejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
        Dayang Sumbi bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
        Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesaikan sebelum fajar menyingsing.
        Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaikan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
        Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
        Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Dongeng Timun Emas

Timun Emas
       Di sebuah desa di pinggir hutan tinggallah Mbok Sirni. Ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberinya seorang anak. Tetapi dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun, harus diserahkan kepada raksasa itu untuk disantap.
       Mbok Sirni pun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat. Setelah dua minggu, di antara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas. Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Emas.
       Semakin hari Timun Emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji. Mbok Sirni amat takut kehilangan Timun Emas. Dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin dewasa, semakin enak untuk disantap. Raksasa pun setuju.
       Mbok Sirni semakin sayang pada Timun Emas, setiap kali ia teringat akan janjinya. Hatinya pun menjadi cemas dan sedih. Suatu malam Mbok Sirni bermimpi, agar anaknya selamat, ia harus menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam, dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya di rumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada Timun Emas, dan Timun Emas disuruh  berdoa.
       Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun Emas pun disuruh keluar lewat pintu belakang oleh Mbok Sirni. Raksasa pun mengejarnya. Timun Emas  teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasa pun memakannya, tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu Timun Emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar.       
      Timun Emas membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutan menjadi lautan luas. Dengan kesaktiannya, raksasa dapat melewati. Yang terakhir Timun Emas menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasa mati. "Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini" Timun Emas mengucap syukur. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.
Sumber: ceritaanak.net

Legenda Asal-Usul Danau Toba

      Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau di tengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.
      Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
      Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
      “Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itu pun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
      Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
      Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
      Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
      Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
      Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir. 

Minggu, 17 April 2011

Dongeng "Kisah Seekor Burung Pipit"

Kisah Seekor Burung Pipit
      Ketika musim kemarau tiba, seekor Burung Pipit merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat. Ia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat tinggalnya, terbang jauh ke utara. Kabarnya, udara tempat itu selalu dingin dan sejuk.
       Pelan-pelan, dia merasakan kesejukan udara. Makin ke utara makin sejuk. Ia makin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi. Terbawa oleh nafsu, ia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju. Salju makin lama makin tebal. Akhirnya, ia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya bertambah tebal. Si Burung Pipit tak mampu berbuat apa- apa. Ia menyangka bahwa ia telah mati.
       Ia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun, si Burung kecewa. Mengapa yang datang hanya seekor Kerbau? Ia menghardik si Kerbau agar menjauh. Ia mengatakan bahwa Kerbau tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.
       Si Kerbau tidak banyak bicara. Ia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si Burung Pipit makin marah dan memaki-maki si Kerbau. Lagi-lagi si Kerbau tidak bicara. Ia maju satu langkah lagi dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si Burung. Seketika itu, si Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa ia akan mati karena tak bisa bernapas. Namun, perlahan-lahan ia merasakan kehangatan. Salju yang membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya kotoron kerbau. Ia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas-puasnya.
       Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus, dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si Burung. Begitu bulunya bersih, si Burung bernyanyi dan menari kegirangan. Ia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati. Namun, apa yang terjadi kemudian? Seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si Burung. Tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.
Sumber: manajemenqolbu.com

Dongeng Kelinci Tak Berterima Kasih

Suatu hari, ada seekor kelinci yang sedang dikejar pemburu.
"Ke manapun kamu lari pasti akan kukejar," kata pemburu.
Akhirnya, tibalah kelinci di sebuah kebun, di sana terdapat pohon jagung yang rindang.
"Kemari kelinci!" teriak pohon jagung. "Bersembunyilah di balik rimbunku. Kamu pasti tidak akan terlihat oleh si Pemburu."
Akhirnya pemburu kebingungan mencari si Kelinci karena sudah terlindungi oleh pohon jagung.
Setelah pemburu pergi, "Emm, enak juga ya, daunmu." kata kelinci sambil melahap habis daun jagung.
"Tolong, jangan makan daunku kelinci. Kamu kan sudah kutolong untuk terhindar dari si Pemburu. Kamu malah makan daunku." ujar pohon jagung memelas. Kelinci tetap melahap pohon jagung sampai habis.
Sementara itu, si pemburu kembali mencari si kelinci tadi. Karena daun jagung sudah habis, maka kelinci tidak punya tempat bersembunyi lagi. Akhirnya, si kelinci berhasil ditangkap oleh si Pemburu. Itulah akibatnya jika tidak tahu berterima kasih.

Dongeng TERJADINYA GUNUNG BATOK

      Di sebuah desa tak jauh dari Gunung Bromo, hiduplah seorang gadis jelita. Roro Anteng namanya. Konon, ketika dilahirkan, gadis tersebut tidak menangis seperti bayi pada umumnya. 
     Banyak jejaka yang melamar Roro Anteng, tetapi semuanya ditolak. Tersebutlah seorang raksasa buruk rupa dan bengis melamar Roro Anteng. Roro Anteng sangat takut terhadapnya dan sedikit pun tidak tertarik kepadanya, tetapi ia tak kuasa menolaknya karena pasti raksasa itu akan marah. 
      Roro Anteng mengajukan syarat agar raksasa itu mengubah Gunung Bromo menjadi sebuah danau dalam satu malam. Tanpa banyak bicara, raksasa itu mulai bekerja dengan mengerahkan segala kemampuan dan kesaktiannya. Ia menggali gunung dengan sebuah batok kelapa yang cukup besar. 
      Pertengahan malam, pekerjaannya hampir selesai. Melihat gejala seperti itu, Roro Anteng mulai berpikir untuk menggagalkan raksasa tersebut. Diam-diam ia pergi ke lumbung padi untuk menumbuk padi. Usaha Roro Anteng tidak sia-sia. Ternyata, ayam-ayam jantan di seluruh desa berkokok bersahutan. 
     Alangkah terkejutnya raksasa itu ketika mendengar dan menyaksikan kejadian tersebut. Tubuh raksasa menjadi lemas sehingga tak kuasa lagi melempar tanah yang hanya tinggal sebatok. Akhirnya, tanah dan batok itu menimbun tubuhnya dan jadilah sebuah gunung bernama gunung Batok. Pada hari yang baik, Roro Anteng menikah. Ia dipersunting oleh seorang pemuda pilihannya, yang bernama Joko Tengger.

Jumat, 15 April 2011

Dongeng GANDIS

Gandis  
      Di sebuah kampung dekat pinggir hutan tinggallah Bu Darsih bersama anak gadisnya. Anak gadisnya bernama Gandis. Mata pencaharian mereka mencari kayu bakar di hutan. Mereka menjual kayu bakar di kota.
      Pagi itu Gandis pulang dari warung. Ia baru saja membeli bumbu dapur. Di jalan Gandis bertemu dengan seorang kakek berjenggot putih. Si kakek minta belas kasihan kepada Gandis. Si kakek mengaku sudah tiga hari belum makan. Gandis merasa iba. Ia pun bingung karena hanya mempunyai bumbu dapur. Akhirnya, Gandis pun mengajak kakek itu pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, Gandis bercerita kepada ibunya. Si kakek diminta menunggu di serambi rumah hingga mereka selesai memasak. Gandis pun segera memberikan sepiring nasi dan lauk seadanya kepada si kakek. Mereka pun segera makan pagi.
      Seminggu kemudian, si kakek yang pernah ditolongnya datang. Si kakek mengatakan bahwa ia ingin membalas budi Gandis dan ibunya. Si kakek ingin memberikan peti perhiasan itu kepada Gandis dan ibunya. Belum sempat Gandis dan ibunya mengucapkan terima kasih, tiba-tiba si kakek menghilang. Sejak itu Gandis dan ibunya tidak lagi kekurangan.

Dongeng PANGERAN KERA

Pangeran Kera
      Di tepi hutan ada sebuah desa kecil yang hanya dihuni oleh beberapa orang saja. Desa itu kecil dan terpencil. Di sana ada seorang gadis bernama Mutiara. Dia tinggal bersama neneknya.
Mutiara gadis yang baik dan suka menolong. dia bersahabat dengan semua binatang penghuni hutan itu. Setiap pagi, Mutiara mencari dahan kering, mencari umbi, dan mencari daun-daun untuk disayur.
      "Hai Mutiara, hendak ke mana kamu?" tanya burung Pipit ramah.
      "Hai Pipit, aku mau ke hutan mencari kayu, apa kamu mau ikut?"
      Lalu mereka pergi bersama, bernyanyi, bergembira. Meskipun hidup Mutiara susah, namun dia tetap bahagia. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan seekor Kera besar yang terluka. "Pipit, ada kera yang sakit, rupanya dia tertembak pemburu," kata Mutiatra sambil cepat-cepat menolong Kera.
      "Kera, kamu begitu lemah, sebaiknya kamu istirahat dulu di rumahku," pinta Mutiara.
      Berhari-hari, kera itu dirawat Mutiara dengan baik, sampai dia sembuh. "Mutiara kamu baik sekali," kata Kera. Sebenarnya aku adalah pangeran yang dikutuk penyihir jahat menjadi Kera. Hari ini adalah bulan purnama ke ke-12, maka aku akan kembali ke wujudku yang asli."
      Mutiara hanya terdiam terpaku mendengar penjelasan Kera. Lalu Kera itu keluar rumah dan bermandikan cahaya bulan purnama. Seketika, tubuh Kera itu berubah menjadi pangeran tampan.
      "Mutiara, kamu telah menolongku, maka kamu akan aku jadikan sebagai istriku," kata Pangeran kepada Mutiara.
      Maka, semenjak hari itu, Mutiara dan neneknya hidup bahagia di istana.

Dongeng CINDERELA

Cinderela
      Di sebuah kerajaan, ada seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya, karena orang tuanya sudah meninggal dunia. Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi makan satu kali sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya "Cinderela". Cinderela artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. "Nama yang cocok buatmu !" kata mereka.
      Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari istana. "Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira", kata mereka. Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderela mulai berdandan dengan gembira. Cinderela sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di istana. "Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?", kata kakak Cinderela.
      Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. "Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi.." Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. "Cinderela, berhentilah menangis." Ketika Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah. "Cinderela bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal." Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang kusir. Yang terakhir, Cinderela berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.
Karena gembiranya, Cinderela mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu. Peri berkata,"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. "Ya Peri. Terimakasih," jawab Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantiknya putri itu! Putri dari negara mana ya?" tanya mereka. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderela.
      Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
      Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Cinderela, selamat..," Cinderela menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.," katanya.
      Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang putri yang memakai gaun pengantin. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali", kata sang peri. Cinderela diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderela menikah dengan pangeran dan hidup berbahagia.

Dongeng MALIN KUNDANG

Malin Kundang
      Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
      Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubuk mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas di lengannya dan tidak bisa hilang.
      Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
      Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
      Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang diserang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
      Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
      Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
      Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
      Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya. Ia malu memiliki ibu yang tua renta dan berpakaian compang-camping.
      "Wanita itu ibumu?", tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

DOA SEPASANG SEPATU SELOP

      Pada zaman dahulu kala, tersebutlah kisah sepasang selop yang terbuat dari kulit kerbau. Selop itu milik seorang pangeran. Jika tidak dipakai, mereka diletakkan di rak dapur istana. Di sana, segerombolan tikus dapur memelototi mereka berjam-jam, seolah-olah ingin memangsa kedua selop itu.
      Sepasang selop itu bukanlah selop biasa karena mereka dapat berbicara. Mereka berbicang-bincang persis seperti suami istri. Suatu hari, selop suami berkata kepada istrinya, “Istriku, jika tikus-tikus itu memelototi kita seperti ini terus, nantinya kita akan disantap oleh mereka. Bagaimana menurutmu? Mungkinkah kita dapat berubah menjadi tikus?”
      Selop istri hanya menjawab ringan, “Apa pun keinginanmu, suamiku.”
      Selop suami berdoa kepada Tuhan untuk mengubah mereka menjadi tikus. Doa mereka terkabul dan keduanya berubah wujud menjadi tikus.
      Sebagai tikus sekalipun, mereka merasa bahwa gerak-gerik mereka yang paling kecil pun menarik perhatian para kucing. Keduanya merasa tidak aman dan akhirnya mereka ingin menjadi kucing.
      Permintaan mereka kali ini pun dikabulkan. Namun, sebagai kucing, mereka kesulitan untuk menginjakkan kaki keluar istana karena mereka selalu menjadi incaran anjing. Oleh karena itu, mereka mengajukan permohonan supaya menjadi anjing. Sebagaimana sebelumnya, keinginan
mereka dikabulkan.
      Ketika kedua anjing itu mendekati gadis-gadis yang sedang menumbuk padi, mereka dipukul dengan alu dan diusir. Mereka berpikir bahwa menjadi manusia pastilah sangat menguntungkan dan menyenangkan. Kali ini pula,
keinginan mereka dipenuhi.
      Setelah menjadi manusia, keduanya dipanggil oleh kepala desa untuk melakukan tugas yang berat. Kekecewaan mereka makin menjadi. Dalam waktu yang singkat, mereka telah menjadi punggawa raja. Keduanya bertugas menyampaikan titah raja siang dan malam. Bahkan, kadang-kadang mereka sengaja dibangunkan dari tidur lelap mereka untuk menunaikan tugas dari sang raja.
      Tentu kedua punggawa itu pun sekarang berpikir betapa menyenangkan jika menjadi pangeran dan putri. Tak akan ada orang yang berani memerintah mereka. Kemudian, jadilah keduanya pangeran dan putri. Namun demikian, ternyata mereka hidup dalam kecemasan. Seorang pangeran dari kerajaan seberang menyerang kerajaan mereka. Mereka terus-menerus dikecam oleh musuh.
      “Aku sangat cemas. Bagaimana jika kita kalah? Jika itu terjadi, kita akan dikurung dalam penjara dan harus mencari rumput untuk makanan kuda. Apa yang harus kita lakukan? Jika aku bisa menjadi Tuhan, kita tidak akan punya musuh dan akan menjadi Maha Penguasa.”
      Si istri menjawab sebagaimana biasanya, “Apa pun keinginanmu, suamiku!”
      Akan tetapi, tampaknya itulah batas akhir permintaan mereka. Setelah si suami mengucapkan keinginan untuk menjadi tuhan, dalam sekejap suami dan istri itu kembali menjadi selop seperti sedia kala. Mereka kembali berada di rak dapur istana, tempat kisah mereka bermula.
                            Sumber: 21 Cerita Moral dari Negeri Dongeng, 2005

Pantun Nasihat

Ibu mengumpulkan kain perca,
kain perca dibuat celana.
Rajin-rajinlah engkau membaca,
banyak ilmu pasti berguna.

Ada anak senang berpantun,
selalu membuat pantun yang baru.
Jadilah anak yang sopan dan santun,
patuhi  orang tua dan juga guru.

Pagi-pagi membaca koran,
bersama ayah duduk berjajar.
Wahai kawan janganlah tawuran,
Tawuran bukan budaya pelajar.

Rintik hujan tersinari matahari,
di langit terbentuk pelangi.
Ayo kawan mandi dua kali sehari,
badan bersih dan juga wangi.

Kamis, 14 April 2011

Doa untuk anakku

Ya Allah berikan kemudahan dan petunjukmu dalam mendidik anak-anakku.
Karena aku takut tak dapat menjaga amanah-Mu.

Resensi Buku

Judul      : Mendidik Anak lewat Dongeng
Penulis   : Muhaimin al-Qudsy dan Ulfah Nurhidayah
Penerbit : MADANIA
Cetakan : I, Juli 2010
Tebal      : xiii + 362
      Anak yang memilki pekerti dan akhlak yang mulia adalah dambaan setiap orang tua. Seluruh pendidik juga pasti menginginkan anak didiknya berakhlak mulia. Kadang orang tua merasa bingung dan kewalahan dalam mendidik anak. Karena anak-anak mudah terpengaruh oleh lingkungan, pergaulan, maupun pengaruh media televisi.
      Melalui dongeng, orang tua dapat menyampaikan pelajaran berharga. Anak juga merasa senang karena terhibur dan dapat mengembangkan imajinasinya. Sehinngga mendongeng menjadi cara mendidik yang mengasyikkan. Buku menjelaskan cara memilih dongeng yang tepat sesuai usia anak dan berbagai kendala dalam mendongeng dan cara mengatasinya.
     Dijelaskan juga cara memahami karakter anak, cara mendidik anak dengan santun, dan dijelaskan pula beberapa kesalahan fatal dalam mendidik anak yang disampaikan dengan bahasa mudah dipahami. 
     Sebagai bonus, dilampirkan 100 judul dongeng yang dihimpun dari berbagai koleksi dalam dan luar negeri. Dongeng-dongeng yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak dan menemani aktivitas mereka. Mendidik anak menjadi menyenangkan.